Jumat, 10 Desember 2010

Aku diciptakan sebagai pilihan, hanya yang terpilih yang menjadikan aku sekarang. Ketika sang raja siang mulai muncul, tergurat senyum bahagia datang dari dalam benakku. Secara perlahan-lahan aku membuang separuh nafasku dengan lepas. Kedua mata kecil ku pun terbuka, nampak terlihat di hadapanku sesosok laki-laki yang mulai menghampiriku, dengan perlahan ia membuka sebagian kayu yang menjeratku. Lalu ia menumpahkan sebutir kenikmatan yang menjadi makananku, setetes air pun mengalir membasahi dahagaku. Mungkin sebagian besar dari aku tidak bisa menikmati yang aku rasakan. Mereka membutuhkan cucuran keringat untuk mendapatkan semua itu. Tetapi tuhan memang adil, aku tidak dapat merasakan yang mereka rasakan. Hanya dari sela sela kecil dari kayu yang mengelilingiku, aku melihat mereka berduyun-duyun terbang kesana-kemari tanpa ada satu kayu pun yang mengikat mereka. Sedangkan aku? kedua sayap ku tidak dapat aku terbangkan tinggi-tinggi. Aku hanya bisa terbang kesekeliling ruang yang ia berikan.
Kadang kala ia salah mengartikan teriakan suaraku yang selalu ku keluarkan tanpa kenal lelah. Itu semua bukan semata-mata mewakili kebahagiaanku, tetapi itu merupakan bentuk kesedihanku yang seolah-olah mengadu kepada alam untuk di berikan kebebasan.
Sang raja siang pun mulai kelelahan, langit biru dengan sekajap telah berubah menjadi kelabu. Ketika mereka di temani cahaya bulan, ketika itu juga aku di temani cahaya lampu.